Sponsor

Bayar Utang Puasa Dulu atau Puasa Sunnah Dulu?

Jadi, puasa sunnah di sini itu dibagi dua:

1. Puasa sunnah yang tidak berkaitan dengan Ramadhan, ex: Puasa Senin Kamis, puasa Daud, dll.

2. Puasa sunnah yang berkaitan dengan Ramadhan, ex: Puasa Syawwal.

Oke, kita bahas puasa sunnah yang bagian pertama dulu yaaaa!

So, para ulama terbagi menjadi tiga kelompok dalam berpendapat di masalah ini.

1. Hanafiyyah

Berpendapat BOLEH puasa sunnah dulu sebelum melunasi hutang puasa (puasa Ramadhan, puasa nadzar, puasa kaffaroh.)

Dalilnya? Karena waktu qadha puasa itu luas, boleh dilakukan kapan saja.


Ibnu ‘Abdin mengatakan, “Seandainya wajib qodho’ puasa dilakukan sesegera mungkin (tanpa boleh menunda-nunda), tentu akan makruh jika seseorang mendahulukan puasa sunnah dari qodho’ puasa Ramadhan. Qodho’ puasa bisa saja diakhirkan selama masih lapang waktunya.”

 

Dalam mengqodho’ puasa Ramadhan, waktunya amat longgar, yaitu sampai Ramadhan berikutnya. Allah Ta’ala sendiri memutlakkan qodho’ puasa dan tidak memerintahkan sesegera mungkin sebagaimana dalam firman-Nya,


فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ

“Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185).


Begitu pula dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,


كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ

“Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidaklah mampu mengqodho’nya kecuali di bulan Sya’ban.” Yahya (salah satu perowi hadits) mengatakan bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena beliau sibuk mengurus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.


2. Malikiyyah & Syafi’iyyah

Berpendapat MAKRUH puasa sunnah sebelum menyelesaikan hutang puasa. Jadi, boleh-boleh saja melakukan puasa sunnah sebelum melunasi hutang puasa, tapi lebih baik jagan karena makruh.

Dalilnya? Sama dengan dalil pendapat ketiga setelah ini, tapi mereka menghukuminya dengan makruh.

Ad Dasuqi berkata, “Dimakruhkan jika seseorang mendahulukan puasa sunnah padahal masih memiliki tanggungan puasa wajib seperti puasa nadzar, qodho’ puasa, dan puasa kafaroh.  Dikatakan makruh baik puasa sunnah yang dilakukan dari puasa wajib adalah puasa yang tidak begitu dianjurkan atau puasa sunnah tersebut adalah puasa yang amat ditekankan seperti puasa ‘Asyura’, puasa pada 9 Dzulhijjah. Demikian pendapat yang lebih kuat.”


3. Hanabilah

Berpendapat HARAM puasa sunnah sebelum melunasi hutang puasa wajib.

Dalilnya? Di bawah ini⸺tapi ini haditsnya dhoif⸺dan dalil lainnya: Para ulama ini mengatakan sebagaimana orang yang berhaji wajib haji untuk dirinya sendiri dulu sebelum menghajikan untuk orang lain, sama halnya dengan puasa.


من صام تطوّعاً وعليه من رمضان شيء لم يقضه فإنّه لا يتقبّل منه حتّى يصومه

“Barangsiapa yang melakukan puasa sunnah namun masih memiliki utang puasa Ramadhanmaka puasa sunnah tersebut tidak akan diterima sampai ia menunaikan yang wajib.” Catatan penting, hadits ini adalah hadits yang dho’if (lemah). Para ulama Hanabilah juga mengqiyaskan (menganalogikan) dengan haji. Jika seseorang menghajikan orang lain (padahal ia sendiri belum berhaji) atau ia melakukan haji yang sunnah sebelum haji yang wajib, maka seperti ini tidak dibolehkan.


Nah sedangkan Syeikh Utsaimin mengambil pendapat yang pertama, yaitu boleh puasa sunnah dulu walaupun belum melunasi hutang puasa wajib.

 

Lebih lengkap dan jelas, cek link:

 

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Inilah pendapat terkuat dan lebih tepat (yaitu boleh melakukan puasa sunnah sebelum qodho’ puasa selama waktunya masih lapang, pen).  Jika seseorang melakukan puasa sunnah sebelum qodho’ puasa, puasanya sah dan ia pun tidak berdosa. Karena analogi (qiyas) dalam hal ini benar. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang sakit atau dalam keadaan bersafar (lantas ia tidak berpuasa), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (QS. Al Baqarah: 185). Dalam ayat ini dikatakan untuk mengqodho’ puasanya di hari lainnya dan tidak disyaratkan oleh Allah Ta’ala untuk berturut-turut. Seandainya disyaratkan berturut-turut, maka tentu qodho’ tersebut harus dilakukan sesegera mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masalah mendahulukan puasa sunnah dari qodho’ puasa ada kelapangan.”

 

Kesimpulan? Boleh ambil pendapat mana pun⸺bebas. Karena tiap pendapat memiliki dalilnya masing-masing, Lagi dan lagi, yang penting saling menghargai dan ga menyalahkan yang lain, ok?

 

Lanjut.

 

“BAYAR HUTANG PUASA DULU ATAU PUASA SYAWAL DULU?”

 

Nah ini nih yang paling banyak ditanyain ;)

 

Sebagaimana yang kita tau, kalau puasa Syawal itu puasa sunnah yang dianjurkan.

 

Dalilnya? Karena pahala orang yang melakukan puasa Ramadhan kemudian dilanjut puasa Syawal enam hari seperti pahala orang yang berpuasa selama setahun penuh.

 

GEDE BAT KAN? HEHE

 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadan, kemudian dia ikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa selama setahun.” (HR. Ahmad 23533, Muslim 1164, Turmudzi 759, dan yang lainnya)


So, kita bahas tentang puasa sunnah kedua⸺yaitu puasa yang berkaitan dengan Ramadhan = puasa Syawwal.

Nah boleh ga sih ngedahuluin puasa sunnah Syawwal padahal masih punya utang puasa? Kayak cewe-cewe yang haidh pas puasa, atau orang-orang yang sakit waktu bulan Ramadhan jadi ga puasa.

Di sini ulama berbeda pendapat dan terbagi jadi kelompok:

1. Boleh puasa Syawwal dulu sebelum bayar hutang puasa;

2. Wajib melunasi hutang puasa sebelum puasa sunnah.

Nah pendapat yang membolehkan puasa Syawwal dulu adalah riwayat dari Aisyah yang udah gue sebut sebelumya:


كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ

“Aku dahulu masih punya utang puasa dan aku tidak mampu melunasinya selain pada bulan Sya’ban”(HR. Bukhari no. 1950)


Jadi, mereka yang membolehkan itu berdalil bahwa Aisyah juga pernah melunasi hutang puasa saat bulan Sya’ban, artinya sebelum bulan Sya’ban boleh-boleh saja puasa sunnah dulu walaupun hutang puasanya belom lunas.

Nah, pendapat yang kedua⸺yang mengatakan wajib melunasi hutang puasa Ramadhan dulu berdalil dengan ini.

Mereka berdalil bahwa hadits tentang keutamaan puasa Ramadhan yang diikuti dengan puasa Syawal, itu berlaku pahala puasa setahun jika SUDAH MENYEMPURNAKAN puasa Ramadhan.

Sa’id bin Al Musayyib berkata mengenai puasa sepuluh hari (di bulan Dzulhijjah),


لاَ يَصْلُحُ حَتَّى يَبْدَأَ بِرَمَضَانَ

Tidaklah layak melakukkannya sampai memulainya terlebih dahulu dengan mengqodho’ puasa Ramadhan.” (Diriwayatkan oleh Bukhari)

Jadi, jika belum melunasi hutang puasa Ramadhan⸺lalu dia puasa Syawwal, maka hukumnya sah-sah saja, namun pahala puasa setahun tidak berlaku karena puasa Ramadhan-nya belum sempurna (karena ia masih memiliki hutang puasa)

BEGITOOO, JELASS YAAA???

Seperti kata Syeikh Utsaimin nih:


إذا كان على المرأة قضاء من رمضان فإنها لا تصوم الستة أيام من شوال إلا بعد القضاء ، ذلك لأن النبي صلى الله عليه وسلم يقول : ( من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال ) ومن عليها قضاء من رمضان لم تكن صامت رمضان فلا يحصل لها ثواب الأيام الست إلا بعد أن تنتهي من القضاء

Jika seorang wanita memiliki utang puasa ramadhan, maka dia tidak boleh puasa syawal kecuali setelah selesai qadha. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadan, kemudian dia ikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal…”. Sementara orang yang masih memiliki utang puasa ramadhan belum disebut telah berpuasa ramadhan. Sehingga dia tidak mendapatkan pahala puasa 6 hari di bulan syawal, kecuali setelah selesai qadha. (Majmu’ Fatawa, 19/20).


Jadiiii, jangan sampai lelah lagi okeyy?

Lunasin dulu hutang puasanya , baru deh puasa Syawwal biar pahalanya⸺sesuai seperti yang dijanjikan, yaitu puasa setahun.

Karena ini pendapat yang lebih kuat, dan gue juga ambil pendapat yang ini.

Harus sempurna dulu puasa Ramadhan-nya yaa :)

Kedua, untuk puasa sunah yang dikaitkan dengan puasa Ramadan, puasa sunah ini hanya boleh dikerjakan jika puasa Ramadan telah dilakukan dengan sempurna, karena hadis di atas menyatakan, “Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadan, kemudian …,”

Sementara orang yang memiliki utang puasa Ramadan tidak dikatakan telah melaksanakan puasa Ramadan. Karena itu, orang yang memiliki utang puasa Ramadan dan ingin melaksanakan puasa Syawal harus meng-qadha utang puasa Ramadan-nya terlebih dahulu, baru kemudian melaksanakan puasa Syawal.

“Kalau udah terlanjur puasa Syawal sebelum lunas hutang puasa gimana Miw?”

Ya gapapa, silakan-silakan aja⸺in syaa Allah sah-sah aja. Toh, ga ada dalil yang mengharamkan secara mutlak. Tapii, pahalanya puasa pahala puasa sunnah biasa, bukan puasa setahun penuh karena hutang puasanya belum lunas.

“Aku haidhnya cepet dan lama miw, kalau lunasin hutang dulu⸺takutnya keburu bulan Syawwal selesai.”

I CAN RELATEEEE. Tapi yah mau gimana lagi, emang yang wajib mesti didahulukan karena itu beban kita. Kita juga gatau umur kita, kan? Takutnya mati sebelum lunas utang puasa.

Jujur, gue juga dapet puasa Syawal kayaknya seumur hidup baru sekali. Karena yah waktu bulan Syawalnya gue pakai untuk bayar utang puasa dulu⸺selesai bayar utang, haidh sampai bulan Syawwal kelar.

Tapi yah emang gitu aturannya, so ikutin aja⸺in syaa Allah ada hikmahnya.

Wallahu a’lam bisshowab.

Cek di sini lebih lengkapnya

Share on Google Plus

About Lilaccountz

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar