Sponsor

Toleransi dalam Islam



Berhubung zaman sekarang yang gue lihat di masyarakat kita sangat-sangat mengelu-elukan toleransi; over tolerance, sampe keluar batas. Gue ingin share apa yang gue pelajari soal toleransi dalam agama Islam.


Toleransi dalam Islam sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bukan menurut perspektif manusia maupun pemuka agama⸺and it’s not even ‘tolerance.’ Miris. Let me tell you what is tolerance in Islam.
Berhubung ini masalah aqidah, di sini gue juga bakal nyertain dalil-dalilnya. Toleransi udah masuk ranah aqidah, which means ga ada celah untuk perdebatan.

No. Bukan berarti gue ga mau disalahin. Tapi, masalah aqidah sifatnya mutlak. Hitam di atas putih⸺Allah yang nentuin batas-batasnya. 
Toleransi dalam Islam jelas, contohnya yaitu membiarkan non-muslim beribadah, dan tidak merusak rumah ibadah mereka; tetap berbuat baik kepada mereka, juga berlaku adil; dan tetap menjalin hubungan kerabat. Al-Qur’an dan hadits udah nentuin sejelas-jelasnya. See?

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Mumtahanah/60:8-9)

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. . . ” (Qs. Luqman/31:15) 

Ga pernah sekali pun Islam nyuruh kita ngusir mereka yang non-muslim dari negara kita, bahkan di Saudi pun (negara dengan syariat Islam), ga memberlakukan aturan untuk mengusir non-muslim. Ga pernah juga nyuruh kita nyiksa mereka. Cari sampe otak lu meledak dalil yang nyuruh hal itu. Ga akan ada.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir  As-Sa’diy rahimahullah menjelaskan,

لا ينهاكم الله عن البر والصلة، والمكافأة بالمعروف، والقسط للمشركين، من أقاربكم وغيرهم، حيث كانوا بحال لم ينتصبوا لقتالكم في الدين والإخراج من دياركم، فليس عليكم جناح أن تصلوهم، فإن صلتهم في هذه الحالة، لا محذور فيها ولا مفسدة
“Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung silaturahmi, membalas kebaikan , berbuat adil kepada orang-orang musyrik, baik dari keluarga kalian dan orang lain. Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka tidak mengusir kalian dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian menjalin hubungan dengan mereka karena menjalin hubungan dengan mereka dalam keadaan seperti ini tidak ada larangan dan tidak ada kerusakan” (Tafsir Ar Sa’di).

Jadi, kalau ada yang melakukan hal-hal itu, ex: Bakar gereja or pura or sejenisnya; menyiksa non-muslim; bom bunuh diri untuk membunuh non-muslim, dll. Berarti emang kelakukan oknum. Jangan salahin Islamnya, “Islam aGama BarbAr; MusLIm teRoris, dll.” Salahin orangnya, jangan agamanya.
Lo cari tau deh sampe mata lo jereng dalil Al-Qur’an atau As-Sunnah yang nunjukin Islam sekasar itu. Kasih ke gue, kalo emang menurut lo Islam seburuk itu. Bahkan, Allah ngelarang kita untuk memulai peperangan dengan umat lain, kecuali mereka duluan yang nyerang⸺sebagai bentuk pertahanan diri.

Perdamaian adalah asas dari ajaran Islam. Rasulullah mengajarkan para sahabatnya agar tidak mengandai-andaikan peperangan dan permusuhan. Beliau mengajarkan agar para sahabatnya memohon perdamaian dan keselataman. Sebagaimana sabdanya,

لاَ تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ ، وَسَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ ، فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا
“Janganlah kalian mengharapkan bertemu dengan musuh (perang), tapi mintalah kepada Allah keselamatan. Dan bila kalian telah berjumpa dengan musuh, bersabarlah.” (HR. Bukhari no. 2966 dan Muslim no. 1742).

Nah, yang miris adalah: Islam sebaik itu, malah disalahgunakan. Udah diajarkan toleransi, malah ngelunjak minta toleransinya diperluas. Kurang toleransi apa? Adanya malah kaum muslim di luar sana disiksa; dibantai. Kasus Uyghur China, Palestina, Suriah, Rohingya??? 

Toleransi Islam cukup dengan itu. Ga boleh lebih. JELAS. Allah yang ngatur. Nyanyi di gereja ga termasuk toleransi. “KaN mEnyaTukan PerDamaIAn AgAma.” Loh, memang kurang damai apa Islam dan non-Islam di Indo? Ga usah akal-akalan liberal disusupi dengan kedok perdamaian. BASI.

Toleransi tiap agama ga bisa lo sama ratakan. Lo maksa banget toleransi agama Islam sama dengan yang lain? Sama aja kayak peraturan ortu ke anak beda-beda. Ada yang bolehin anaknya keluar malem, ada yang kagak. Dan lo ga berhak nentuin mana yang salah atau benar, karena yang nentuin Allah langsung.

Larangan ikut beribadah di rumah ibadah umat lain; mengucap selamat hari raya umat lain. Ya karena memang dilarang Allah langsung.

“YaElah TaKut BanGet Iman Lo GoYah, LeMAh;”
“TemEN Gue Aja kRisten NguCap IstighFar gA Bikin Dia MuAllaf;”
“AgAma lo Kaku Amat;”
“Dikit-DikiT KaFir,” etc.

First, masa iya aturan agama gue mesti disamain ama agama lain?
Second, it’s not masalah iman lemah atau takut goyah, tapi pure ikut aturan Islam.
Third, bukan dikit-dikit kafir. Lah, kalau kitab agama gue ngelarang itu, masa gue langgar?
Fourth, lo ga berhak nentuin A B C ke agama lain.

Toleransi ya cukup kita menghormati agama lain dengan segala ibadah dan perayaannya. Ga merusak acara dan ibadah mereka. Ga usah ngotot minta dibolehin ini itu. Kalo agama lo ngebolehin A ya sok aja. Tapi, jangan nyinyir kalo agama lain ngelarang A. Lo siapa nge-judge agama lain?

Source via: Bebaspedia.com

“Masa cuma ngucapin selamat natal atau ikut nyanyi di gereja bisa menjerumuskan keluar Islam?” Lah, kalau aturannya begitu, mau apa? Masalah aqidah, cuy⸺tertulis jelas di Al-Qur’an. Even lo yakin ga akan bikin iman lo goyah, tapi apa susahnya si nurut aturan agama? Ga bisa main-main.

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269)

Kenapa sampai kita dilarang meniru-niru orang kafir secara lahiriyah? Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
أَنَّ الْمُشَابَهَةَ فِي الْأُمُورِ الظَّاهِرَةِ تُورِثُ تَنَاسُبًا وَتَشَابُهًا فِي الْأَخْلَاقِ وَالْأَعْمَالِ وَلِهَذَا نُهِينَا عَنْ مُشَابَهَةِ الْكُفَّارِ
“Keserupaan dalam perkara lahiriyah bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang tasyabbuh dengan orang kafir” (Majmu’ Al Fatawa, 22: 154).

Di tempat lain dalam Majmu’ Al Fatawa, beliau berkata,

فَإِذَا كَانَ هَذَا فِي التَّشَبُّهِ بِهِمْ وَإِنْ كَانَ مِنْ الْعَادَاتِ فَكَيْفَ التَّشَبُّهُ بِهِمْ فِيمَا هُوَ أَبْلَغُ مِنْ ذَلِكَ ؟!
“Jika dalam perkara adat (kebiasaan) saja kita dilarang tasyabbuh dengan mereka, bagaimana lagi dalam perkara yang lebih dari itu?!” (Majmu’ Al Fatawa, 25: 332)


Jelas, Allah dan rasul-Nya ngelarang tasyabbuh (menyerupai) umat lain. Hanya Allah yang tau sebab dan tujuannya. Apa susahnya sih nurut gitu loh. Cuma manusia biasa, ibadah masih kurang-kurang; kok ngelunjak minta toleransi lebih dari yang ditetapkan?

“yA Udah gA uSah pakai Hp, eLektrOnik, MoBil, mOtor, kan mirip orang kafir semua”

Gini ya wahai makhluk hidup: Punya otak kan, ya? Tasyabbuh dilarang dalam hal CIRI KHAS IBADAH orang kafir. SELAIN ITU BOLEH. Tasyabbuh aja ga boleh, apalagi ikut-ikutan ibadah mereka? IQRO’ DULU YUK BACA.

Ada syarat bolehnya tasyabbuh dengan orang kafir:
  1. Yang ditiru bukan syi’ar agama orang kafir dan bukan menjadi kekhususan mereka.
  2. Yang diserupai bukanlah perkara yang menjadi syari’at mereka. Seperti dalam syari’at dahulu dalam rangka penghormatan, maka disyari’atkan sujud. Namun dalam Islam telah dilarang.
  3. Syari’at menjelaskan bolehnya bersesuaian dalam perbuatan tersebut, namun khusus untuk amalan tersebut saja. Seperti misalnya dahulu Yahudi melaksanakan puasa Asyura, umat Islam pun melaksanakan puasa yang sama. Namun juga diselisihi dengan menambahkan puasa pada hari kesembilan dari bulan Muharram.
  4. Menyerupai orang kafir di sini tidak sampai membuat kita menyelisihi ajaran Islam. Misalnya, orang kafir sekarang berjenggot. Itu bukan berarti umat Islam harus mencukur jenggot supaya berbeda dengan orang kafir karena memelihara jenggot sudah menjadi perintah bagi pria muslim.
  5. Menyerupai orang kafir di sini bukan dalam perayaan mereka. Misalnya, orang kafir merayakan kelahiran Isa (dalam natal), maka bukan berarti kita pun harus merayakan kelahiran Nabi Muhammad (dalam Maulid Nabi). Jadi tidak boleh tasyabbuh dalam hal perayaan orang kafir.
  6. Tasyabbuh hanya boleh dalam keadaan hajat yang dibutuhkan, tidak boleh lebih dari itu.
Jelas ya? Jadi jangan mau nerima mentah-mentah, “Toleransi tuh begini; toleransi tuh begitu,” Zaman sekarang kaum liberal demen banget nyusupin pemikiran-pemikiran mereka secara halus dan emang targetnya anak-anak muda yang masih gampang terpengaruh. Apalagi internet; jadiin acuan kalian Al-Qur’an dan hadits.

 فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Qs. Thaha/20:123-124)

Ditambah, mereka sering banget bawa-bawa pancasila dan perdamaian untuk melakukan toleransi di luar batas. Jangan mau gampang diakal-akalin ya gais. Apa pun itu, Al-Qur’an dan As-Sunnah di atas segalanya. Bahkan kalau ortu nyuruh yang bertentangan dengan syariat, Allah memperbolehkan kita untuk ga nuruti itu.

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Qs. Luqman/31:15)

حب الله و رسوله أعظم
“Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya itu yang paling besar (dari yang lain)”

Dalam hadits dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
ولا يُؤمِنُ أحَدُكم حتى أكونَ أحَبَّ إليه من وَلَدِهِ، ووَالِدِهِ والنَّاسِ أجْمعينَ
Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga aku (Rasulullah) menjadi yang paling dicintainya daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia” (HR. Bukhari no. 15, Muslim no. 44).

Jangan takut kalau missal kalian nurut perintah agama, terus dibilang kaku, intoleran, dll. Diemin aja. Anjing menggonggong kafilah berlalu. Sejak kapan juga ga ngucap selamat hari raya umat lain=auto intoleran? Sejak kapan batas-batas beragama ditentuin manusia? Lol.

Share on Google Plus

About Lilaccountz

    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 komentar: