Sponsor

Background :)

Aku mau diskusi+sharing sama kalian biar kita bisa sama-sama belajar jadi orang yang menghargai satu sama lain :)

Jadi tadi siang sempet diskusi sama salah satu mutual yang sudah lumayan dewasa dan beliau sudah punya anak⸺beliau dm gini dan ini isi chat kita:

Kutekankan, salaf di sini bukan golongan or kelompok ya :)

Salaf di sini maksudnya adalah cara beragama dengan mengikuti jalan Nabi dan sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in⸺yaitu mengikuti Al-Qur’an dan As-sunnah.

Kakak ini cerita sepak terjangnya hingga bisa menemukan manhaj salaf ini.

Nah bisa kita pahami, kalau sesungguhnya cara apa pun yang berlebihan dalam beragama, malah jadi jelek.

Entah terlalu menyepelekan agama, jadinya kita jahil atau bodoh⸺dan mencap orang-orang yang beragama sebagai kadrun, dsb. ⸺atau terlalu merasa paling benar yang jatohnya sombong. Maksudku adalah, kita belajar menghargai sudut pandang orang lain.

Yang masih belajar, jangan malu untuk terus belajar; jangan lupa untuk tetap tawadhu dan jangan ngerasa lebih baik dari yang belom belajar agama⸺sama halnya yang udah paham agama, jangan ngerasa paling bener dari yang lain, it’s annoying.

Yang belum belajar gapapa⸺yuk belajar! Ga ada kata telat dalam belajar. Mending telat daripada ga sama sekali, kan? Jangan ngerasa minder :)

Gapapa dikit-dikit, semampunya. Mulai dari buka-buka YouTube cari-cari ceramah yang menurut kalian enak pembawaan ustadznya. Coba baca di sini.

Sebisa mungkin jangan merasa paling benar atau merendahkan orang lain. Sama halnya kaya berpakaian⸺yang berpakaian terbuka, jangan men-judge yang cadaran or berhijab panjang radikal, blablabla; yang berpakaian tertutup, jangan men-judge yang berpakaian terbuka ga bener, rusak, dll.

It suck.

Dan yang lebih menggusarkan adalah, ketika ngeliat fenomena-fenomena orang-orang baru hijrah or yang paham agama ini ngerasa bahwa mereka lebih mulia dan berhak merendahkan selain mereka.

Sama menyebalkannya dengan fenomena orang-orang liberal yang seenak jidat ngehina-hina Islam dan ngatain kadrun dan ngatain kadrun, sobat gurun, dll.

Sama-sama manusia kok. Tau ga? Ada pepatah, “Bisa jadi orang yang mengajarkan ilmu ke orang lain, justru orang yang diajarkan lebih paham ilmu tersebut dibanding yang mengajarkan.” Jadi, jangan pernah sekali pun paling tau; paling bener; paling baik⸺bisa jadi lo liat dia rusak, tapi ibadah dia rajin banget.

 

Bisa jadi lo lihat dia belom berhijab, tapi ternyata tahajudnya ga pernah skip;

Bisa jadi lo lihat dia ngerokok, tapi ternyata solat di masjidnya lima waktu;

Bisa jadi lo lihat dia ga kalem, tapi dia sodaqohnya tiap hari;

Bisa jadi lo lihat dia temen lawan jenisnya banyak, tapi ternyata dakwah dia jor-joran.

 

Terlebih gue menekankan sama yang baru hijrah or udah paham agama, jangan sampai kalian saklek sama pemahaman kalian sendiri. Sampe-sampe ga mau nerima pandangan orang lain. Justru dengan paham agama harusnya kalian lebih open sama selain kalian, jadi ladang dakwah kalian lebih luas.

Jangan mentang-mentang udah hijrah, bilang masih suka K-Pop or musik misalnya; orang yang ngelakuin ibadah di luar sunnah menurut kalian. Misal Yasinan, dll. ⸺terus kalian bilang “bid’ah!”

Justru dengan kalian gituin, orang makin skeptis dan negatif sama apa yang kalian anut. Makin jauh, makin ogah.

Rangkul. Ga semua bisa asal kalian cap. Hijrah kalian ga bikin kalian punya hak paten untuk judge sana-sini. Toh kalian pernah di fase itu sebelum kenal agama. Jangan mentang-mentang udah kerudung panjang, terus asal ceramah sana-sini dengan kalimat-kalimat judging ke hijabnya belom panjang.

Mentang-mentang udah hijrah, hijaban panjang⸺terus tiap liat yang hijabnya pendek or rambutnya masih keluar-keluar, terus ceramahnya, “Ih kan dosa tau, tau ga kan seharusnya blablabla.” Terus berlindung di balik kata, “Maaf, sekedar mengingatkan.” Bikin tertarik kaga, bikin jengkel iya.

Atau ceramahin yang pacaran, “Ih dosa tau, zina! Allah bilang blablabla.” Orang bukannya nurut malah mangkel. Lo niatnya dakwah malah rusak karena ga dapet hasilnya. Dakwah juga ada step-nya; ada caranya. Disesuaikan dengan target⸺lo ga bisa menyamaratakan cara dakwah ke semua orang.

Cara dakwah ya seperti kata Nabi, disesuaikan dengan targetnya. Kalau anak muda, lo ga bisa cuma asal bilang, “Ih dosa tau blablabla.” Itu bukan ngajak, tapi judging. Kalau orang tua, lo juga ga bisa seakan lo ngajarin, adanya lo dicap ga sopan dan menggurui yang lebih tua.

Kebetulan gue besok UTS matkul dakwah, pakai kitab “Dakwah Islahiyyah Fill Bilaadi Najd Waa’laamiha

Dan salah satu rukun dakwah itu, “ILMU, CARA DAN BENTUK DAKWAH”

Jadi sebelum lo dakwah, lo cari tau dulu ilmunya. Cari tau tabiat target dakwah lo, baru lo dakwah disesuaikan sama mereka.

Lo ga boleh asal ceplas-ceplos “kafir!” ke orang lain, hanya karena dia ga sepemahaman sama lo; lo juga ga boleh menganggep sama orang harus ngikutin apa yang lo mau. Lo tugasnya cuma menyampaikan, hidayah balik ke Allah. Jangan maksa. Justru kalau lo maksa, orang bakal mikir, “Paan si, hidup-hidup gue.”

Kayak screenshoot kitab gue di bawah ini

Cara dan bentuk dakwah harus sesuai sama hikmahnya, dan mesti sesuai Al-Qur’an dan As-sunnah. Sedangkan Allah melarang kita bersikap sombong/

Kalau lo dengan cara judge dan merasa paling bener, bukannya itu salah satu bentuk kesombongan? Hati-hati loh.

Justru dakwah harus sesuai sama targetnya, biar hasil dakwah yang diinginkan terwujud. Kalau lo aja caranya salah, bukannya jadi ga terwujud apa yang lo mau dari dakwah lo?

Lo juga jangan menutup diri dari bergaul sama selain lo. Pilih-pilih temen boleh, tapi bukan berarti menutup diri total. Ini jujur annoying parah. Bahkan sesama ngerti agama aja, kadang ga mau bergaul sama jamaahnya ustadz selain ustadz mereka, Kalau ada orang baru yang ikut kajian mereka, malah diliatin dan ga diajak berbaur. Padahal sama-sama berhijab panjang.

YA APA SEH DIKIRA KITA BABI HUTAN APA J J J

“Kita harus milih-milih ustadz jangan sampe kita tersesat.”

Ini bener, kok. Tapi ga bisa diterapin ke semua orang. Kita tau baik buruk juga setelah belajar, kan? Gimana kalau orang baru belajar, terus disuruh milih-milih ustadz? Lah yang ada dia malah jadi ga belajar sama sekali karena takut sesat.

Ya gak?

Yang penting dibimbing, dikasih tau kalau ambil ilmu bisa dari mana aja. Dari siapa aja, tiap orang ada baik-buruknya.

Pinter-pinter nyarinya, aktif, jangan mau cuma manut-manut aja. Tiap dapet hal baru, cari tau⸺sesuai Al-Qur’an dan As-sunnah ga? Kalau sesuai, ambil. Kalau ga, jangan diambil :)

Misal pun kalian udah suka sama satu ustadz, jangan menutup diri dari denger kajian dari ustadz lain. Jangan saklek!

Jangan sampe ga mau denger kajian ustadz lain, bahkan sampe tahdzir. Kalau dikasih tau, “Ah kata ustadz aku, ga gitu kok⸺blablabla.”

Naudzubillah, jangan sampe kaya gitu ya

Imam 4 madzhab aja bisa berbeda pendapat. Perbedaan pendapatnya bahkan bisa 180˚. Kaya misal ada yang bilang wali untuk nikah itu wajib; ada yang bilang ga wajib⸺sah-sah aja tanpa wali. Tapi, apa mereka menyalahkan satu sama lain? Ga pernah.

Kita bukan ulama kok bisa-bisanya nyalahin orang lain.

Selama sama-sama menyeru kepada Allah, jangan nyalahin; selama sama-sama masih satu agama, jangan judging ngatain ini itu. Perbedaan itu wajar, apalagi cuma masalah fikih. Hargai, isi otak orang beda-beda. Lo ga bisa maksa orang nurutin isi otak lo. Toh aqidahnya masih sama, masih sama-sama menyembah Allah.

Misal pun, kalian punya pendapat, “Menurutku wali nikah itu wajib!” Terus ada yang ngikut pendapat, “Wali itu ga wajib.” Jangan nyalahin or maksa. Kata mama, “Jangan maksain apa yang kita anggap bener. Selama dia ada dalil, biarin aja toh ulama aja ga nyalahin.”

Even emang sebaiknya ambil yang rojih

Nah, buat yang baru belajar agama⸺gapapa kok kalian boleh belajar darimana pun. Dari YouTube; dari web; dari buku; dari kajian langsung­⸺bebas. Asal selalu berdoa minta dibimbing sama Allah terus buat yang bener. Minta dijauhkan dari yang buruk-buruk.

Terus belajar, oke? Jangan minder or takut macem-macem.

Kalau kalian takut, “Ini bener gak ya,” nah cari aja ada gak dalilnya di Al-Qur’an dan As-sunnah⸺dari apa yang dia sampaikan?

Kalau ga ada, jangan diambil. Landasan kita hanya boleh ambil dari Al-Qur’an, sunnah, dan kesepakatan ulama. Kalau ada, ambil aja⸺dari siapa pun itu.

Berdoa selalu itu penting

Dan kalo misal kalian ada dicap kafir, bid’ah, dll. sama orang lain⸺kasih hadits ini aja, larangan mengkafirkan sesama muslim. Abaikan aja orangnya. Tapi jangan menggeneralisasi kalau semua orang hijrah or paham agama kayak gitu ya! Ga semua kok. Gue sama circle gue alhamdulillah ga ada yang kaya gitu.

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

أَيُّمَا امْرِئٍ قَالَ لِأَخِيهِ: يَا كَافِرُ، فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا، إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ، وَإِلَّا رَجَعَتْ عَلَيْهِ

“Apabila seorang laki-laki mengkafirkan saudaranya, maka sungguh salah seorang dari keduanya telah kembali dengan membawa kekufuran tersebut.” (HR. Muslim no. 60)

Share on Google Plus

About Lilaccountz

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar