Sponsor

Hal-hal Syariat yang Sering Dijadikan Candaan

Sering ga sih kita nemuin hal-hal yang berhubungan sama agama, terus dijadiin candaan sama orang-orang? Menganggap itu gapapa, padahal termasuk dosa; ga disadari karena saking udah jadi kebiasaan di masyarakat. Contoh: (1) Mengubah penulisan/pengucapan kata YA ALLAH menjadi YAWLA, atau ASTAGHFIRULLAH menjadi ASTAGHFIRULO/ASTAJIM, (2) menjadikan hal-hal dalam syariat seperti: Jenggot, cadar, sarung tangan, kerudung panjang, baju gamis/jubah⸺sebagai bahan candaan.

Gue sering banget nemuin hal-hal kayak gitu di sosmed/real life. Contoh lain:
  1. Ketika ngeliat orang cadaran, terus dibilang, “Waduh, mau ngebom ya? Hati-hati ada ISIS hahaha,” atau “Awas, ada Ninja Hatori hahaha.”
  2. Ketika ngelihat ada orang jenggotan, “Kek kambing hahaha,” atau “Ciye mau hijrah ya.”
  3. Ketika ngeliat ada cowo pakai celana ngatung, “Kebanjiran lu? HAHAHA.”
Sayangnya, orang yang ngejadiin candaan hal-hal syariat gitu, ga tau dan ga sadar kalau itu justru temasuk DOSA. Mereka nganggep, “Yaelah bercanda doang sih, kaku amat, apa-apa dosa.” Dan pas ditegur, mereka ya keukeuh aja gitu; malah kadang beberapa ngomong, “Gapapa dah gue ini yang dosa⸺ngurusin amat⸺dikit-dikit dosa, dikit-dikit neraka. Lama-lama, gue hidup doang juga jadi dosa HAHAHA.” Padahal, justru karena sesama muslim kita mengingatkan, karena emang itu termasuk dosa, dan ada dalilnya di dalam Al-Qur’an.

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ

“Dan apabila mereka ditanya (tentang gurauan mereka dalam hal-hal syariat), mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bergurau dan bermain-main. ”Maka katakanlah, “Apakah dengan Allah, dengan ayat-ayat-Nya, dan rasul-Nya kalian berolok-olok? Janganlah kamu meminta maaf, sungguh kamu telah kafir setelah kamu beriman. . .” (Qs. At-Taubah/9:65-66)


Jelas ya? Di situ Allah dengan jelas memberitahukan, bahwa di zaman nabi ada yang menjadikan syariat sebagai candaan, lalu diturunkanlah ayat itu⸺dan termasuk dosa besar. Bahkan, Allah bilang, “Janganlah kamu meminta maaf, sungguh kamu telah kafir setelah beriman,” yang artinya itu menjerumuskan ke dalam kekafiran. Scary, right? Hal sepele; hal kebiasaan, tapi ternyata dosa⸺dan ga banyak orang sadar akan hal itu.

“Apa sih, dikit-dikit kafir; dikit-dikit dosa; dikit-dikit neraka. Kaku amat ga bisa diajak bercanda, jangan terlalu keras dalam beragama, ga asik banget, apa-apa dosa⸺padahal cuma bercanda.”

Oke, kita bahas satu-satu. Santai

Islam itu agama yang paling lembut loh btw kalau mempelajari dalam-dalamnya. Agama penyempurna syariat agama lain. Tapi memang kalau ga ngerti Islam secara bener, bakal menganggap Islam keras, kaku, dikit-dikit kafir, blablabla.

“Dikit-dikit kafir; dikit-dikit dosa; dikit-dikit neraka.” No baby. Mungkin kamu bilang gitu karena selama ini kamu melakukan hal-hal yang memang termasuk dosa⸺sedangkan banyak hal lain yang diperbolehkan, tapi kamu lebih milih untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan dosa. Makanya bisa bilang: Dikit-dikit kafir; dikit-dikit dosa; dikit-dikit neraka.

Masih belum ngeh? Oke lanjut. Contoh: Di meja banyak jenis makanan/minuman⸺misal: Kue brownies dan bolu, permen, cokelat, teh, soda, dll.⸺terus ada anak yang dia maunya cuma makan permen dan soda terus-terusan, tanpa makan yang lain. Pasti langsung diomelin emaknya ga sih? “Jangan makan permen dan cokelat, atau minum soda.” Sampe akhirnya dia kesel, karena semua yang dia mau pasti dilarang sama ibunya⸺dan dia mikir, “Apa-apa ga boleh; apa-apa dimarah; apa-apa dilarang.” Padahal, di meja banyak makanan selain yang ibunya larang. Tapi, karena dia terus-terusan ngambil makanan yang dilarang ibunya, sampe akhirnya tertanam di otak dia kalau: “Dikit-dikit dimarahin/diomelin; dikit-dikit dilarang.”

Paham ya? Mirip ga sih sama kasus orang-orang yang bilang, “Dikit-dikit dosa, kafir, dan neraka?”

Padahal, Islam itu agama paling toleransi. Allah itu sebaik-baiknya pencipta, karena pada asalnya semua hal di dunia ini boleh, dan yang dilarang cuma terbatas di lingkup kecil. Cuma karena kebiasaan di masyarakat adalah melakukan hal-hal yang dilarang tadi. Jadi, ketika dibilang kalau itu dosa atau salah, langsung gerutu, “Dikit-dikit kafir; dikit-dikit dosa; dikit-dikit neraka.” Huftt. Pusink aku sama manusia bumi.

Oh iya, yang dimaksud kalo orang-orang bilang, “Dikit-dikit kafir; dikit-dikit dosa,” itu salah KALAU memang dalam hal yang jelas-jelas dosa. Tapi kalau dalam hal yang pada asalnya bukan dosa, terus dibilang, “Kafir tuh,” atau “Dosa tuh,” itu ga masuk dalam bahasan ini. Ex: Orang-orang pemilih Jo*owi terus auto dibilang kafir or etc, itu yang asal nge-judge kafir diabaikan saja, dan jangan menggeneralisir kalo Islam senaif itu⸺Islam ga sekeras itu. Lagipula, kata ‘kafir’ dalam Islam ga boleh asal diucapkan. Malah termasuk dosa besar mengkafirkan seorang muslim tanpa dalil (bukti).

Contoh lain? Becandain/ngehina orang yang hijrah⸺itu juga termasuk dosa. Karena yang dijadiin candaan/hinaan adalah hal-hal yang termasuk dalam syariat Allah.
Melabeli hal-hal syariat dengan ‘hijrah starter pack’ juga termasuk dalam contoh tadi. Kenapa, kok dosa? Dosa KALAU niatnya melabeli hal-hal syariat kayak tadi dengan niat menghina, pun dibarengi niat ‘sekadar’ bercanda. Karena pada dasarnya, hal-hal yang dibilang orang sebagai ‘hijrah starter pack’ itu harusnya wajib dikerjakan semua muslim. Tapi, karena hanya segelintir orang yang ngelakuin, dan biasanya orang-orang baru hijrah yang ngelakuin secara total hal-hal tersebut, sekaligus paling kelihatan perubahannya, sehingga paling disorot dan dilabeli ‘hijrah starter pack.’

Kenapa mesti menyenggol orang-orang hijrah?
Kenapa mesti bawa hal-hal syariat?
Padahal banyak hal di dunia ini yang lebih baik dan pantas untuk dijadikan bahan candaan.

Hijrah itu amalan baik;
Hijrah itu termasuk mengikuti perintah;
Hijrah itu termasuk taat pada Allah;
Kok dijadiin candaan?
Kok dihina?
Kok disenggol?
Let people do their things :)

Apa untungnya dari menghina orang-orang berhijrah/hal-hal yang dilakukan sama mereka yang baru hijrah? Puas kah? Apa ada kesenangan tersendiri? Padahal ga ada yang didapatkan dari becandain hal-hal itu selain dosa seperti yang dibilang di Surat At-Taubah.

Merasa lebih baik kah dengan menghina mereka? Setidaknya mereka udah usaha untuk taat sama Allah. Kita yang menghina mereka ini udah ngelakuin apa sehingga merasa pantas untuk menghina mereka? Kalaupun ga suka/belum bisa hijrah, setidaknya ya jangan menghina sayangku⸺jangan pula ikut menertawakan orang-orang berhijrah ini. Dari pake baju seksi hingga jadi kerudungan, terus dibilang, “Ciye hijrah; ciye udah tobat,” sambil ngeliatin dari atas sampai bawah.

Urusan dihina karena pakai baju syar’i; diliatin dari atas sampai bawah terus diledek, “Waduh mbak, jangan-jangan mau ngebom mall ya,” dikatain keras-keras gitu depan umum sama orang asing, diketawain, gue udah pernah ngalamin semua; gue tau rasanya.

Kalau ga bisa mendukung, setidaknya jangan menghina/jadiin bahan tertawaan. Syukur-syukur kalau imannya kuat, kalau engga? Malah bisa-bisa balik lagi jadi awal sebelum hijrah karena digituin. Terus yang kena dosanya siapa? Ya kita-kita juga, yang udah ikut andil dalam perubahan dia kembali ke awal sebelum hijrah dengan jadiin bahan tertawaan.

Hijrah itu berat, apalagi di tengah masyarakat Indo yang gampang nge-judge;
Hijrah itu ga pernah mudah;
Hijrah itu selalu susah, ga akan tau rasanya kalau belom ngalamin;
Jadi, tolong jangan dijadiin bahan candaan. Selain ga lucu, itu nyakitin hati.

Kalau misal menjadikan hal-hal syariat sebagai bahan cemooh, karena sebab: “Mereka duluan tuh yang suka judge kita yang belum hijrah, suka auto kafirin orang; suka ngerasa paling benar sendiri, nyalah-nyalahin orang kalau ga sesuai prinsip dia,” well, I KNOW RIGHT, orang-orang yang baru hijrah kebanyakan kek gitu. Tapi sungguh deh, ga semuanya. Mereka kek gitu istilahnya ya karena baru tau ilmu dikit-dikit jadi apa-apa auto kafir padahal Islam ngelarang itu.

Alhamdulillah lingkungan gue ga ada yang kek gitu. Malah, kita berteman baik sama orang-orang yang ga kayak kita kok pakaiannya⸺dan kita ga pernah judge. Kita lebih ke: “Yaudah sih gapapa dia masih kayak gitu, dia belum tau ilmunya; moga cepet dikasih hidayah aja aamiin.”

Bahkan gue pribadi seneng banget kalau bisa punya temen baru atau kenalan yang bukan anak pesantrenan kek gue; yang bukan termasuk ngerti agama⸺awam. Gue nerima temenan sama siapa saja; mau kerudungan atau engga; mau bikinian, ngerokok, nge-club, etc. Seru. Gue tau hal-hal dunia luar yang gue ga pernah tau karena gue anak pesantren; gue seneng denger cerita mereka⸺hal baru bagi gue. Gue seneng kalau mereka nanya-nanya atau excited tentang agama. SESUKA ITU.

So kalau ada orang-orang yang berpakaian syar’i, atau melakukan syariat-syariat lain⸺tapi suka nge-judge; suka nyalahin orang lain; suka ngerasa bener sendiri, maaf ya. Mereka kayak gitu karena baru paham sedikit ilmunya dan sangat antusias mempraktikkannya⸺tapi jatohnya malah ga tepat/salah. Ga semua gitu kok. Mungkin kalau nemu yang kayak gitu dikasih tau aja, atau ditegur langsung.

Islam ga sekasar itu;
Islam menghargai semua umat;
Islam ga pernah nyuruh kita nyalahin orang lain;
Islam malah nyuruh kita untuk introspeksi/muhasabah diri.

In fact, Islam selembut itu kok, sampai-sampai rasul pernah dikatain sama kakek-kakek Yahudi yang buta: kalau rasul itu pembohong; rasul itu bodoh, dll.⸺tapi rasul ga pernah marah; rasul malah yang tiap hari nyuapin kakek itu sampe ia (rasul) meninggal.

So, intinya adalah: Jangan sampe kita masuk ke dalam hal-hal dosa dan kita ga sadar. Kayak membercandai orang-orang hijrah or mengubah kata-kata YAWLA, ASTAJIM. Begitu pula dengan menjadikan hal-hal syariat sebagai bahan candaan.

Oh iya, ini no offense ya. Maaf kalau ada yang merasa terserang, gue ga niat menyerang siapa pun. In syaa Allah. Murni niat share.

Ga ada niat meng-judge kalau kalian yang ngelakuin (atau pernah melakukan) hal-hal yang disebutkan tadi sebagai perilaku orang kafir atau melabeli kafir. Engga sama sekali. Kalau adayang menganggap itu boleh-boleh aja ya silakan; ada yang mau tetep kayak gitu ya silakan; ada yang tersadar ya Alhamdulillah. Gue hanya sekadar berbagi ilmu gue kok, ga minta untuk dituruti⸺atau minta yang baca jadi auto tobat.

Toh, gue juga masih banyak kurangnya; masih banyak dosanya. Jadi, kalau yang menganggap gue sok suci atau sok bener karena share ini, ya gue aja ga ngaku suci. Tapi, share ilmu apa salahnya?

Dan kalau dibilang: “Urus aja idup sendiri kalau emang masih ngerasa dosa,” atau “urus dosa masing-masing aja lah,” waduh, saya aja ga peduli dosa orang lain. Apakah share ilmu tentang dosa = urus dosa orang lain? Menyampaikan ilmu itu wajib, saya menjalankan kewajiban tanpa niat lain sedikit pun. Jadi, untuk yang mau marah-marah, atau mau ngajak debat, saya ga akan menanggapi.

Saya share beginian juga karena inisiatif saya. Ini masih hak saya, kan? Saya juga ga niat memancing emosi atau memancing keributan. Saya bikin kayak ginian juga ga niat mengganggu siapa pun. Merasa terganggu? Jangan dibaca aja, se-simple itu⸺SKIP. Ga usah dipeduliin.
Share on Google Plus

About Lilaccountz

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar