Sponsor

Sikap Muslim dalam Menghadapi Fenomena Indigo

            Beberapa hari yang lalu, sebuah utas tentang anak indigo[1] menjadi bahasan banyak orang; tak sedikit dari mereka yang membacanya menjadi khawatir dan takut. Bahkan, ada yang mengaitkan utas dari akun @f**dysatriap tersebut dengan kemunculan Dajjal. Beberapa hal seperti, (1) interaksi dengan makhluk halus, (2) ramalan masa depan: bencana, dan akhir zaman⸺memang sangat identik dengan anak indigo.

Selain thread yang dimaksud tadi, juga terdapat fenomena anak indigo lain yang sempat viral, seperti, (1) Echa Markhica: melalui kanal YouTube-nya, ia meramalkan soal kapan pandemi koronavirus di Indonesia akan berakhir dengan kartu Tarot (2) Maya: (dilansir dari Kumparan.com) ia mengaitkan beberapa erupsi gunung belakangan ini dengan ramalan Jayabaya.

Maraknya fenomena anak indigo memang menjadi masalah tersendiri, khususnya di Nusantara. Sebagaimana dijelaskan di paragraf awal, sebagian masyarakat Indonesia menjadi khawatir dan takut secara berlebihan. Padahal, ramalan atau cerita yang disampaikan pun belum pasti kebenarannya.

Anak Indigo dalam Pandangan Medis dan Psikologi

            Sebelum membahas dari perspektif Islam, gue terlebih dahulu akan menjelaskan secara singkat tentang bagaimana dunia psikologi dan medis memandang fenomena ini. Mengapa hal ini penting? Sebab, ada kemungkinan orang-orang yang katanya memiliki sixth sense (indra keenam)[2] tersebut⸺ternyata bukan indigo, melainkan mengidap ADD/ADHD, atau malah savant syndrome. Terkait beberapa istilah asing ini, akan gue jelasin dengan se-sederhana mungkin.

ADD (Attention Deficit Disorder) adalah gangguan pemusatan perhatian (sulit berfokus pada satu hal yang dikerjakan), dan pada umumnya dialami oleh anak-anak. Gangguan mental ini biasanya disertai dengan perilaku hiperaktif serta impulsif (terburu-buru), sehingga lebih sering disebut dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)[4] Agar lebih mudah dipahami, sila lihat kriteria ADHD pada tabel[5] di bawah ini.

             Setelah membaca penjelasan singkat di atas, kemudian dibandingkan dengan beberapa kasus anak yang katanya indigo. Maka bisa dimaklumi jika di antara mereka ada yang berperilaku tidak biasa, sebagaimana kriteria ADHD (inatensi dan hiperaktif-impulsif) di tabel tersebut.

            Kemungkinan kedua adalah savant syndrome. Dibanding ADHD, sindrom ini bisa dibilang memiliki kriteria yang lebih cocok terhadap kebanyakan kasus anak indigo. Di mana pengidap gangguan ini⸺yang pada dasarnya adalah autis⸺memiliki kemampuan istimewa dalam bidang tertentu.

Orang-orang  autis  dengan  kemampuan  savant  memiliki  kemampuan istimewa  dalam  bidang  tertentu,  sehingga  mencapai  prestasi  yang  tidak  dapat  diraih oleh kebanyakan orang. Bidang-bidang ini dapat meliputi matematika, daya ingat, musik atau seni. . . Bila seseorang savant dalam matematika, ia akan mampu menjawab pertanyaan perkalian yang rumit tanpa menggunakan kalkulator. Orang savant yang terampil musik akan dapat memainkan satu karya musik klasik secara utuh setelah mendengarnya satu kali saja. . . . (Bonnice, Sherry, 2009;78-83, 117-119).[6] [sic!]

Pada umumnya, dua hal tadi (ADHD dan savant syndrome) merupakan diagnosis yang paling sering disematkan kepada anak indigo oleh ahli kejiwaan. Walaupun ada juga yang mengaitkannya dengan skizofrenia, kepribadian ganda, dll. Selebihnya, indigo di dalam dunia kedokteran dan psikologi⸺tetap dianggap sebagai sesuatu yang belum dapat dibuktikan kebenarannya. In fact, WHO tidak mencantumkan indigo dalam daftar penyakit⸺International Classification of Diseases (ICD),[7] melainkan dikategorikan sebagai pseudoscience.

Anak Indigo dalam Pandangan Islam

            Kesurupan adalah satu contoh hal yang diyakini dalam Islam sebagai gangguan jin, akan tetapi ditolak dan bahkan dianggap sebagai asumsi primitif dalam persepsi psikolog.[8] Begitu juga indigo, yang sekadar dianggap sebagai pseudoscience.

Berbeda dengan WHO, Islam tidak mengingkari fenomena indigo sebagai sebuah penyakit⸺terutama jika yang dimaksud di sini adalah penyakit akibat gangguan makhluk halus/jin.

Islam tidak mengingkari tentang adanya penyakit yang perlu ditangani oleh psikolog dan medis. Dan jauh sebelum itu, Islam sudah lebih dahulu mengabarkan bahwa ada penyakit yang disebabkan oleh jin. Sebagaimana Nabi Muhammad telah lama memberitakan mengenai eksistensi ruh⸺yang mana belum sanggup dibuktikan oleh sains saat ini.

 Seperti biasa, sains selalu terlambat dalam mengungkapkan hal yang sangat penting; sebab sains selalu mengandalkan hal-hal yang nampak⸺padahal sesuatu yang berharga selalu lebih tersembunyi.

Oke lanjut, gue akan coba memaparkan dalil-dalil berkaitan dengan fenomena indigo. Berdasarkan beberapa kasus yang disebutkan pada halaman pertama, pembahasan mengenai pandangan Islam akan dibagi menjadi dua bagian.

 A.    Pandangan Islam terkait Anak Indigo yang Berinteraksi dengan Jin

·         Pada hakikatnya, manusia tidak bisa melihat jin

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ. . .

 

“. . .Sesungguhnya, ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. . .” (Qs. Al-A’raf/7:27)

 

·         Jin bisa menampakkan diri dan berinteraksi dengan manusia, tapi bukan dalam wujud aslinya

Dalam shahih Bukhari, disebutkan kisah tentang sahabat Abu Hurairah radiyallahu’anhu terkait interaksinya dengan Jin yang menjelma menjadi manusia. Diceritakan bahwa Abu Hurairah mendapati seorang yang sedang mencuri makanan kumpulan zakat fitrah. Ia kemudian melaporkannya kepada Nabi dengan perasaan iba. Sebab, pencuri itu sempat memohon, “Aku benar-benar butuh. Aku punya keluarga, dan aku pun sangat membutuhkan ini.” Akan tetapi, Rasulullah bersabda, “Dia berdusta kepadamu. Dia akan datang lagi.” Alhasil, Abu Hurairah bertemu kembali dengan pencuri tersebut dan ingin melaporkannya kepada Nabi. Namun karena rasa takut dan tidak ingin dilaporkan, orang itu menawarkan untuk mengajarkan dzikir yang dibaca sebelum tidur (tidak lain adalah ayat kursi). Singkat cerita, saat kembali ke Rasulullah, Abu Hurairah pun ditanya:

تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَ . . .  
 

“. . .Tahukah kamu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?. . .”

 

“Tidak,” jawab Abu Hurairah.

 

ذَاكَ شَيْطَانٌ

Nabi bersabda, “Dia adalah setan.”[9]

            Sebenarnya masih banyak lagi riwayat yang menjelaskan tentang bagaimana jin mempunyai kemampuan untuk menampakkan dirinya dan berinteraksi dengan manusia. Hanya saja tidak dalam wujud asli, melainkan dalam rupa yang sama seperti kita, hewan, atau sosok menyeramkan yang selama ini digambarkan dalam film horror. Jadi, anak indigo tidak memiliki kapasitas untuk melihat jin. Melainkan jin lah yang memiliki kemampuan untuk menampakkan diri di hadapannya. Mengapa? Ada berbagai faktor, (1) jin cinta terhadap anak tersebut[10], (2) atas usaha/permintaan orang tersebut untuk bisa melihat jin, seperti: memasang sesajen, bertapa di kuburan, dll.


B.     Pandangan Islam terkait Anak Indigo yang Meramalkan Masa Depan atau Akhir Zaman

·         Setan bisa mencuri berita dari malaikat, lalu membisikkannya ke telinga para dukun, termasuk anak indigo

الْمَلاَئِكَةُ تَتَحَدَّثُ فِى الْعَنَانِ – وَالْعَنَانُ الْغَمَامُ – بِالأَمْرِ يَكُونُ فِى الأَرْضِ ، فَتَسْمَعُ الشَّيَاطِينُ الْكَلِمَةَ ،

 فَتَقُرُّهَا فِى أُذُنِ الْكَاهِنِ ، كَمَا تُقَرُّ الْقَارُورَةُ ، فَيَزِيدُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذِبَةٍ

 

Para malaikat saling berbicara di atas awan⸺dan awan-awan yang gelap⸺tentang berbagai urusan yang akan terjadi di bumi lalu didengar oleh setan-setan kemudian setan-setan itu membisikkannya pada telinga para dukun sebagaimana botol ditiup lalu setan-setan itu menambah urusan yang didengarnya itu dengan 100 kedustaan. (HR.Bukhari no.3288)

                             

·         Tidak ada yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat kecuali Allah

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ

Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Kapankah itu terjadi?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu hanya di sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. . . .” (Qs. Al-A’raf/7:187)                  

 

·         Allah memberi pengetahuan tentang sebagian perkara ghaib (ghaib nisbi)[11] kepada para rasul, bukan anak indigo.

 

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا ( ) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ

 وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدً

Dia adalah Tuhan yang mengetahui yang ghaib, dan Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya (Qs. Al-Jin/72: 26 – 27)[12]

 

·         Hukum Mendatangi dan Mempercayai Ramalan Anak Indigo

 

Dari beberapa kasus yang disebutkan di awal tulisan ini, terdapat anak indigo yang meramalkan peristiwa di masa depan dengan kartu tarot,[13] dan ada pula yang mengaitkan erupsi beberapa gunung belakangan ini dengan ramalan Jayabaya. Pandangan Islam terkait hal tersebut?

 

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَ

Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima (HR. Muslim no. 2230)[14]

 

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad (HR. Ahmad no. 9532).[15]


            Setelah melihat dari pendekatan ilmu medis, psikologi, serta perspektif Islam, maka semakin jelas hakikat dari anak indigo ini. Lalu, apa masih ada yang percaya dengan ramalan anak indigo? Bagaimana seharusnya muslim bersikap?

 

Ikut yang Sudah Pasti Kebenarannya: Al-Qur’an dan As-Sunnah

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ

 

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya. . (Qs. Al-Baqarah/2: 2)

وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَىٰ مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ

 

Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur-an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).[16] (An-Najm/: 1-4)

 

            Segala hal yang diucapkan oleh Rasulullah terjamin akan kebenarannya dan tidak didasari oleh hawa nafsu. Berbeda dengan manusia, yang masih ada kemungkinan berbohong karena ingin mendapat ketenaran dan uang. Gue sendiri heran jika masih ada muslim yang khawatir dan takut karena ramalan anak indigo⸺sementara ada Al-Qur’an di sampingnya.

Ruqyah Syar’iyyah sebagai Pengobatan Anak Indigo


            Jika seseorang diduga kuat mengidap indigo, tak kunjung sembuh setelah berobat ke psikiater,[17] ⸺misal kondisinya tersebut sudah seperti diceritakan oleh Damayanti (2018 : 19).

. . .Dia sering kali terkejut ketika dihadapkan dengan mahkluk-mahkluk yang tidak kasat  mata. . .  di  jalan,  dirumah  dimanapun  ia  akan  bertemu  dengan  mahkluk  tersebut,  ia  tidak  berani  berjalan  sendiri  ketika menjelang  sore  hari  karena  suadah  pasti  mereka  akan  muncul  dihadapannya. Tekanan  dan  kecemasan  yang  ia  alami  akan  meningkat  ketika  ia  sedang berhalangan  (menstruation).  Mahkluk-makhluk  gaib  tersebut  akan  mengganggu dirinya,  menampakkan  wajah  mereka,  mengajak  ia  berkomunikasi, bahkan mengajak  klien  “P”  untuk  ikut  ke  alam  mereka.  Tidak  jarang  klien  “P” kerasukan karena terlalu ketakutan.[18] [sic!]

            Atau bahkan lebih parah, sehingga membuatnya merasa tidak nyaman, cemas, dan ditakutkan akan membahayakan dirinya, maka bisa dilakukan Ruqyah Syar’iyyah.

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْءَانِ مَاهُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَيَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلاَّخَسَارًا

 

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (Qs.Al-Isra/17:82)

Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan:

وَقَدْ أَجْمَعَ الْعُلَمَاء عَلَى جَوَاز الرُّقَى عِنْد اِجْتِمَاع ثَلَاثَة شُرُوط : أَنْ يَكُون بِكَلَامِ اللَّه تَعَالَى أَوْ بِأَسْمَائِهِ وَصِفَاته ،

 وَبِاللِّسَانِ الْعَرَبِيّ أَوْ بِمَا يُعْرَف مَعْنَاهُ مِنْ غَيْره ، وَأَنْ يَعْتَقِد أَنَّ الرُّقْيَة لَا تُؤْثَر بِذَاتِهَا بَلْ بِذَاتِ اللَّه تَعَالَى .

Ulama telah bersepakat tentang bolehnya ruqyah jika memenuhi tiga syarat: (1) Menggunakan firman Allah Ta’ala atau dengan asma dan sifat-sifatNya, (2) Dengan lisan bahasa Arab atau dengan bahasa yang bisa diketahui maknanya  selain bahasa Arab, (3) Meyakini bahwa ruqyah tidak mmberikan pengaruh dengan zatnya sendiri, tetapi Allah Ta’ala yang memberikan pengaruhnya.[19]

Kesalahpahaman tentang Anak Indigo

Ada yang menganggapnya sebagai kelebihan, dan ada yang sama sekali mengingkarinya

·         Tentu dengan berbagai dalil yang telah disebutkan di atas⸺dalam bahasan pandangan Islam terkait indigo, sudah bisa menjawab kesalahpahaman ini. Indigo disebabkan oleh gangguan jin, dan otomatis merupakan kekurangan. Solusi pengobatannya adalah di-ruqyah.

·         Islam tidak melulu menghubungkan setiap penyakit dengan ruqyah. Itulah gue menyertakan pendekatan dari sisi medis dan psikologi. Namun, Islam tidak mengingkari bahwa ada penyakit yang disebabkan oleh gangguan jin. Seperti kesurupan dan indigo misalnya. Posisi Islam berada di tengah-tengah.


Endote:

[1] Istilah indigo children atau anak indigo berasal dari sebuah penerbitan buku tahun 1982, “Understanding Your Life Through Color,” Nancy Ann Tape, seorang psikolog yang mengklaim memiliki  kemampuan  melihat “aura” orang-orang.


[2] Istilah sixth sense sebenarnya sudah ketinggalan zaman. Saat ini para ilmuwan menyatakan bahwa panca indra manusia berjumlah antara 14-21. Sehingga tidak lagi spesial jika seseorang hanya memiliki enam panca indra.


[3] L. Baxter, “The Effects of ADHD on The Family Unit” (Tesis, Fakultas Keperawatan, Washington State University, Pullman, 2013), hal. 1.

[4] Menurut Durand & Barlow (2006), ADHD atau GPPH adalah suatu istilah psikiatrik yang dipakai untuk menyebut gangguan hiperaktivitas dan inatensi pada anak. Manifestasi dari gangguan ini adalah, (1) inatensi: perilaku hilangnya atau beralihnya perhatian, dan kesulitan mengorganisasi tugas-tugas. Inatensi ini juga sering disebut sebagai ADD (Attention Deficit Disorder), (2) Hiperaktif-impulsif: yaitu perilaku tidak terkendali, dan sikap impulsif atau terburu-buru yang berlebihan.

[5] Aini Mahabbati, “Mengenali Gangguan Attention Deficit Disorder (ADHD) pada Anak.” Wunny: Majalah Ilmiah Populer,    (Mei, 2013), hal. 17.


[6] Titi Ivony, “Strategi Pembelajaran Anak Autis di SLB Autisma Yogasmara” (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2016), hal. 18-19.

[7] Noridha Weningsari, “Studi Komprehensif mengenai Anak Indigo” (Skripsi Sarjana, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010), hal. 4.

[8] Irkani. November 2019. “Fenomena Kesurupan Dalam Persepsi Psikolog Dan Peruqyah”. Jurnal Studia Insania. Vol.6, No. 2, https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/insania/article, 13 April 2020.

        Dalam  aliran-aliran  utama  psikologi  dan  psikoterapi  modern  seperti behaviorisme, psikoanalisis dan psikologi humanistik memang terlihat adanya kecenderungan yang kuat untuk mengingkari kepercayaan agama dan kepercayaan tradisional bahwa penyakit mental bersumber dari gangguan jin (kesurupan) (Susanto, 2014.

[9] HR. Bukhari No. 2311

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: Bahwa setan terkadang menjelma dengan berbagai bentuk sehingga memungkinkan (manusia) melihatnya. Dan firman Allah Ta’ala “Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka (al-A’raf ayat 27)”, dikhususkan jika pada bentuknya (yang asli) yang Allah telah ciptakan. [Fathul Bari, penjelasan hadits no. 2311].


[10] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: Jin merasuk ke dalam tubuh manusia, terkadang karena syahwat, hawa nafsu, atau jatuh cinta. Sebagaimana yang terjadi antara manusia dengan sesama manusia. (Majmu’ al-Fatawa, 19/39).


[11] Ghaib nisbi adalah perkara yang dapat diketahui oleh sebagian makhluk. Contoh: (1) alam jin dan malaikat, (2) tanda-tanda kiamat, (3) benda yang tersembunyi di balik tirai/tembok, dsb.

[12] إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ (Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya). Allah mengecualikan para rasul yang Dia ridhai, Allah memberi sebagian ilmu ghaib kepada mereka yang Dia kehendaki dari ilmu tersebut melalui wahyu, dan menjadikan itu sebagai mukjizat dan bukti atas kebenaran kenabian mereka. Adapun peramal yang menggunakan batu-batu kecil, membaca telapak tangan, atau mengusir burung bukanlah termasuk orang-orang yang diridhai Allah; bahkan ia adalah orang kafir dan mengada-ngada atas nama Allah dengan tebakan dan kedustaannya (Tafsir Al-Muyassar)

[13] Menurut KBBI, tarot adalah sejumlah kartu yang memuat lambang-lambang yang mewakili unsur api, air, udara, tanah, dan kekuatan spirit alam semesta, digunakan untuk meramal nasib.

        Menurut Oxford Dictionaries, tarot adalah kartu yang digunakan untuk memberitahu seseorang tentang apa yang akan terjadi padanya di masa depan, “a set of special cards with pictures on them, used for telling somebody what will happen to them in the future.”

[14] Maksud tidak diterima shalatnya selama 40 hari dijelaskan oleh An Nawawi: “Adapun maksud tidak diterima shalatnya adalah orang tersebut tidak mendapatkan pahala. Namun shalat yang ia lakukan tetap dianggap dapat menggugurkan kewajiban shalatnya dan ia tidak butuh untuk mengulangi shalatnya.”

[15] Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan

[16] .  . .Al- Qur’an dan As-Sunnah tidak lain kecuali wahyu dari Allah kepada nabi-Nya, Muhammad (Tafsir Al-Mukhtashar)

[17] Hal ini bisa terjadi, seperti yang disampaikan oleh L.Madyawati (2013), seorang dosen Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidika, dalam jurnalnya berjudul “Generasi Indigo.”

[18] Erti Damayanti, “Pendekatan Ruqyah Syar’iyyah dalam Mengatasi Kecemasan Indigo (Sixth Sense) Studi Kasus pada Klien “P” di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah Palembang” (Skripsi Sarjana, Fakultas Dakwah dan Komunikasi di UIN Raden Patah Palembang, 2018), hal. 19. 

[19] Fathul Bari (10/195)



Bibliografi

Weningsari, N. (2010). Studi komprehensif mengenai anak indigo.

Madyawati, L. (2013). GENERASI INDIGO. Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 3.

Mahabbati, A. (2013). Mengenali Gangguan Attention Defisit Hiperactive Disorder (ADHD) pada Anak. Yogyakarta: Majalah Ilmiah Populer Wuny Tahun XV, Nomor, 2.

Baxter, J. L. (2013). The effects of ADHD on the family unit.

Irkani, S. (2019). Fenomena Kesurupan Dalam Persepsi Psikolog Dan Peruqyah. Jurnal Studia Insania, 6(2), 108-120.


Pasmawati, H. (2018). Fenomena Gangguan Kesurupan (Dalam Perspektif Islam dan Psikologi). El-Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis, 7(1), 1-13.


Wahidah, E. Y. (2018). Identifikasi dan Psikoterapi terhadap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Perspektif Psikologi Pendidikan Islam Kontemporer. Millah: Jurnal Studi Agama, 17(2), 297-318.


Tappe, N. A. (2009). Understanding your life through color. Lulu. com.


Faz, A. T. (2007). Titik Ba: Paradigma Revolusioner dalam Kehidupan dan Pembelajaran. Mizan Pustaka.


IVONY, T. (2017). Strategi Pembelajaran Anak Autis Di SLB Autisma Yogasmara, Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).


Pratiwi, S. W. (2017). Identifikasi permasalahan indigo pada masa dewasa awal di yogyakarta. Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling, 3(4), 423-438.

Share on Google Plus

About Lilaccountz

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar